63. Uang Permesta

banggarsa 18.46

PERMESTA atau Perdjoangan Semesta adalah pergolakan yang timbul akibat ketidakpuasan para petinggi tentara di Sulawesi terhadap pemerintah pusat. Penyebabnya antara lain kedekatan hubungan Sukarno dengan komunis, ketimpangan pembangunan antara pusat dengan daerah, ketidakharmonisan hubungan antara Sukarno dengan Moh Hatta dan segudang permasalahan lainnya. Karena itu Letkol Ventje Sumual bersama para pembantunya mendeklarasikan PROKLAMASI serta perumusan Piagam Perdjoangan Semesta di Makassar pada tanggal 2 Maret 1957. Peristiwa ini menimbulkan kemarahan pemerintah pusat dan  menimbulkan kejadian yang berbuntut panjang serta memakan korban yang tidak sedikit.


         P R O K L A M A S I    
            Demi keutuhan Republik Indonesia, serta
demi keselamatan dan kesedjahteraan Rakjat Indonesia
pada umumnja, dan Rakjat Daerah di Indonesia Bahagian
Timur pada chususnja,  maka dengan ini kami njatakan
seluruh wilajah Territorium VII dalam keadaan darurat perang
serta berlakunja pemerintahan militer sesuai dengan
pasal  129  Undang - Undang  Dasar  Sementara , dan
Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 1948 dari
Republik Indonesia.

            Segala  peralihan dan penjesuaiannja dilaku-
kan dalam waktu jang sesingkat-singkatnja dalam
arti tidak ulangi tidak melepaskan diri dari Republik
Indonesia.

            Semoga   Tuhan   Jang   Maha   Esa  beserta
kita dan menurunkan berkat dan hidajatNja atas
ummatNja.-



                        Makassar,  2  M a r e t   1957.-
                        Panglima Tentara & Territorial VII

                                    tertanda

                              Letkol : H.N.V. Sumual
                                  Nrp : 15958


PERMESTA didukung banyak tokoh penting lainnya seperti Kolonel Alexander Kaliwarang, Jacob Frederick Warouw, Mayor Daan Mogot, Prof Soemitro Djojohadikoesoemo dan tentu saja pemimpin atau perdana menteri PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia) yang berkedudukan di Bukittinggi Sumatera Barat,  Mr Sjafruddin Prawiranegara. Karena kedekatan hubungan dengan PRRI maka penyebutan keduanya sering digabung menjadi PRRI/PERMESTA dimana PRRI berada di Indonesia bagian barat (Sumatera) dan PERMESTA di bagian timur (Sulawesi, Maluku, NTT, NTB dan Irian Barat yang waktu itu masih dikuasai Belanda). 

Selama pemerintahannya yang cukup singkat, PERMESTA berhasil mencetak dan mengedarkan bebeapa pecahan uang kertas. Uang-uang tersebut dicetak oleh Percetakan Negara Manado dengan kualitas atau mutu yang kurang baik. Bahkan kadang-kadang karena kekurangan bahan baku, dipergunakan kertas HVS atau kertas dinas yang bergaris. Karena itu jangan heran bila anda mendapatkan uang PERMESTA dengnan beragam jenis kertas. Uang PERMESTA terdiri dari dua seri masing-masing bertahun 1958 dan 1959. Seri tahun 1958 terdiri dari 7 pecahan dan seri tahun 1959 terdiri dari 3 pecahan. Selain itu ada selembar lagi Biljet Perbendaharaan Negara senilai 5000 Rupiah dengan bunga 2%. Semua uang ini ditandatangani oleh seorang kolonel yang pernah bertugas sebagai atase militer di kedutaan besar RI di Beijing dan mempunyai kedudukan sebagai wakil Perdana Menteri PRRI/PERMESTA yaitu Kolonel Jacob Frederick Warouw.

Jacob F Warouw
Penandatangan uang PERMESTA


Pada masanya selembar pecahan Rp100 dapat dipergunakan untuk makan dan minum kopi di warung, sedangkan pecahan Rp500 masih cukup untuk membeli dua ekor ayam di pasar. Waktu itu di wilayah Indonesia lainnya masih dipergunakan uang seri kebudayaan emisi tahun 1952. Salah satu sumber yang bisa dipercaya menjelaskan bahwa PERMESTA  menguasai uang pecahan Rp100 bergambar Pangeran Diponegoro dari Bank Indonesia cabang Manado. Menariknya uang yang mereka sebut 'ketek' atau keras tersebut dikatakan memiliki prefix ZG. Dan sebagaimana kita ketahui uang kertas Rp100 emisi 1952 yang bergambar Pangeran Diponegoro dengan kertas yang keras dan memiliki prefix ZG adalah......... palsu
Menarik bukan?? 


Kita jadi bertanya-tanya apakah uang tersebut sengaja dicetak oleh pusat lalu diam-diam disetorkan ke Bank Indonesia cabang Manado untuk mengacaukan perekonomian PERMESTA. Atau sebaliknya PERMESTA yang mencetak untuk mengacaukan perekonomian pusat? Kemungkinan kedua hampir mustahil karena mutu cetakan uang tersebut sangat bagus sehingga kita saja masih sering keliru. Sedangkan kita tahu kemampuan mencetak PERMESTA sangat kurang memadai terbukti dari peninggalan uang-uangnya yang dapat kita lihat di bawah. Apalagi tujuan PERMESTA adalah untuk mengkritik dan membangun Indonesia agar menjadi lebih baik, bukan untuk menghancurkannya.
Yang berikutnya, kebanyakan uang dengan prefix ZG seringkali ditemukan dalam kondisi sangat bagus, bahkan ada yang berurutan nomor serinya, sangat berbeda jauh dengan ORI palsu yang justru kebanyakan ditemukan dalam keadaan kucel dan kumuh.  Hal tersebut menandakan kalau uang dengan prefix ZG tidak sempat digunakan. Aneh juga ya, sudah cape-cape bikin palsunya dengan jumlah banyak tapi tidak sempat dipakai, jadi tujuan sebenarnya apa ya.....??  

Rp100 Pangeran Diponegoro emisi 1952 palsu, 2 lembar UNC dan urut nomor 
Perhatikan prefixnya ZG

  
Ketika terjadi pemutusan hubungan dengan pusat maka pemerintah pusat menyatakan bahwa uang kertas seri ini  tidak berlaku lagi. Pecahan Rp100 Pangeran Diponegoro emisi 1952 ditarik dari peredaran tanggal 15 Desember 1960 dan digantikan pecahan Rp100 emisi 1957 bergambar tupai. Menurut website Museum BI dari semua pecahan seri binatang 1957, pecahan Rp100 tupai merupakan yang pertama kali diedarkan yaitu tanggal 24 Juni 1958. Pecahan lainnya baru diedarkan sekitar tahun 1959.  Apakah penarikan pecahan Rp100 emisi 1952 ini sekaligus peredaran lebih awal pecahan penggantinya sedikit banyak ada hubungannya dengan peristiwa PERMESTA? Ataukah akibat banyaknya pemalsuan? Atau bisa juga memang sudah saatnya diganti? Mungkin kita tidak akan pernah tahu jawabannya.

Selain uang kertas, PRRI/PERMESTA juga mengeluarkan satu set perangko yang terdiri dari 4 pecahan. Perangko yang dicetak di Taiwan ini menunjukkan bahwa PERMESTA mendapat dukungan dari berbagai negara asing. Ternyata memang benar dan bukan rahasia lagi kalau dinas rahasia Amerika Serikat (CIA) berada dibelakang peristiwa ini. 

Perangko PRRI/PERMESTA

Singkat cerita, presiden Sukarno yang merasa wibawanya digerogoti mengirimkan pasukan untuk menyerang PERMESTA. Pertempuran sengitpun terjadi, satu demi satu daerah kekuasaan PERMESTA di Sulawesi Utara dan Tengah jatuh ketangan TNI. Korban di kedua pihak berjatuhan termasuk wakil Perdana Menteri sekaligus penandatangan uang, Jacob F Warouw yang peristiwa kematiannya masih diselimuti misteri. 
Sampai akhirnya pada tanggal 4 April 1961 PERMESTA memutuskan untuk bergabung kembali dengan pemerintah pusat. Berikut surat pernyataan penghentian tindak permusuhan yang ditandatangani di Minahasa.  

  1. Setelah membatja seruan Menteri Keamanan Nasution/KSAD tertanggal 3 Maret 1961;
  2. Mengingat keputusan terachir dari putjuk pimpinan Angkatan Perang Revolusioner;
  3. Menimbang, bahwa persengketaan antara kita dengan kita jang telah berlangsung selama 3 tahun ini, telah meminta pengorbanan jang tidak terhingga dari rakjat Indonesia pada umumnja dan rakjat Sulawesi Utara dan Tengah pada chususnja sehingga kami telah sampai pada kesimpulan bahwa keadaan sematjam ini tidak dapat dibiarkan terus;
  4. Demi untuk keselamatan dan kesentosaan bangsa Indonesia, rakjat dan daerah Sulawesi Utara/Tengah chususnja, persengketaan tersebut perlu segera dihentikan. Maka oleh karenanja dengan ini menjatakan bahwa mulai tanggal 4 April 1961, kami dengan seluruh pasukan dan rakjat Permesta jang berada dalam lingkungan pimpinan kami telah kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi;
  5. Segala persoalan jang timbul sebagai akibat daripada penghentian persengketaan ini, akan diatur oleh jang diwajibkan untuk itu oleh pemerintah RI;
  6. Semoga Tuhan Jang Maha Esa melimpahkan rahmat, hidajat serta taufikNja atas kita sekalian.

Ditempat, 4 April 1961
Panglima KDMSUT
(D.J. Somba)  



Dengan keputusan Presiden RI no 322 tahun 1961. Pemerintah memberikan amnesti dan abolisi kepada para pengikut gerakan PERMESTA, para anggotanya yang sebelumnya memiliki kedudukan di TNI dikembalikan ke jabatan semula. Indonesiapun kembali damai sampai tidak lama kemudian terkoyak kembali dalam peristiwa G30S PKI. 
Banyak perdebatan yang menyatakan bahwa gerakan PRRI/PERMESTA bukan merupakan pemberontakan tetapi justru koreksi terhadap pemerintah pusat. Bahkan ada wacana untuk memberikan gelar pahlawan kepada Mr, Sjafruddin Prawiranegara yang pernah menjadi Perdana Menteri PRRI/PERMESTA. Kita tunggu saja hasilnya.



Sekarang mari kita lihat seperti apa uang kertas seri PERMESTA.

Seri tahun 1958
Terdiri dari pecahan 5, 10, 25, 50, 100, 500 dan 1000 Rupiah


Pecahan 5 Rupiah
Walaupun merupakan pecahan terkecil tetapi sangat sulit ditemukan, saya sedang mengusahakan gambarnya, untuk sementara digunakan gambar dari KUKI. Dari beberapa kolektor uang daerah tidak ada satupun yang memiliki pecahan ini, bahkan KUKI saja menampilkan yang berkualitas kurang baik. Dapat kita bayangkan kelangkaannya.



Pecahan 10 Rupiah
Berwarna merah dengan dasar bertulisan PEMERINTAH REVOLUSIONER RI berwarna hitam. Nomor seri terdiri dari 2 huruf dan 5 angka yang berwarna merah.


Pecahan 25 Rupiah
Semua pecahan bentuknya sangat sederhana, tanpa gambar atau pengaman yang memadai. Satu-satunya pengaman yang dipergunakan adalah kode kontrol pada nomor serinya. Tetapi karena kekurangan bahan maka sampai saat ini belum ada yang mengetahui rahasianya. Pecahan 25 Rupiah keatas masih mungkin ditemukan dalam kondisi baik.



Pecahan 50 RUPIAH
Berwarna hijau dengan latar belakang kuning. Polanya mirip dengan pecahan-pecahan lain, demikian juga nomor serinya yang terdiri dari 2 huruf 5 angka yang juga berwarna hijau.



Pecahan 100 Rupiah
Pecahan berwarna merah dengan dasar kuning ini memiliki ukuran terbesar, lebih besar dari 2 pecahan diatasnya. Nomor seri juga terdiri dari 2 huruf 5 angka yang warnanya sama yaitu merah.


Pecahan 500 Rupiah
Tulisan berwarna biru tua dengan latar belakang merah. Pola dan susunan juga mirip dengan pecahan lainnya. Nomor seri terdiri dari 2 huruf 5 angka.


Pecahan 1000 Rupiah
Polanya berubah tidak sekaku  yang lain karena terdapat lingkaran-lingkaran yang berisi nominal. Perhatikan tanda tangan ada di bagian depan uang, berbeda dengan pecahan lainnya. Warnanyapun ada 3 macam, merah dan hijau dengan latar belakang kuning. Nomor seri 2 huruf 5 angka.




Seri tahun 1959
Terdiri dari pecahan 500, 1000 dan 5000 Rupiah


Pecahan 500 RUPIAH
Bagian dasar berwarna coklat tua dengan kombinasi hijau. Tulisan hitam dengan nomor seri terdiri dari 2 huruf 5 angka.


Pecahan 1000 Rupiah
Berwarna hijau dengan kombinasi kuning. Lingkaran yang ada pada seri tahun 1958 diganti kembali dengan bentuk kotak-kotak sehingga menjadi terlihat kaku. Nomor seri terdiri dari 2 huruf dan 5 angka.



Pecahan 5000 Rupiah
Merupakan pecahan terbesar, berwarna dasar hijau tua dengan tulisan hitam. Nomor seri masih sama dengan yang lain yaitu 2 huruf 5 angka. Perhatikan bagian belakang terdapat gambar burung garuda yang sangat kasar sekali, tetapi setidaknya menggambarkan bahwa PRRI/PERMESTA tidak meninggalkan Garuda Pancasila sebagai lambang negara Indonesia.



Keterangan :
1.Semua pecahan tidak memiliki tanda air
2.Kertas yang digunakan tidak sama, ada yang tipis, tebal, putih atau kekuningan
3.Warna uang juga tidak standard lihat contoh di bawah



4.Pecahan terkecil (5 Rupiah) justru merupakan pecahan yang paling sulit ditemukan.
5.Seri ini dikelompokkan sebagai uang daerah atau tepatnya sebagai uang pemberontakan bersama-sama dengan uang PRRI (akan dibahas pada kesempatan lain), RMS dan Republik Islam Indonesia (RII).



Selain uang-uang di atas, PERMESTA mengeluarkan juga biljet perbendaharaan negara senilai 5000 Rupiah. dengan bunga 2% setahun. Dikeluarkan tanggal 1 Mei 1959 dan berlaku sampai dengan 30 April 1960. Walaupun bentuknya sangat sederhana tetapi biljet ini cukup sulit ditemukan.




Uang PERMESTA beredar tidak lama, hanya sekitar 2-3 tahun saja. Tidak jelas nasib uang-uang tersebut setelah PERMESTA kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Apakah uang ini ditarik dan dapat ditukarkan dengan pecahan uang terbitan Bank Indonesia atau didiamkan saja tanpa ada tindak lanjutnya, atau bisa juga dimusnahkan oleh pemerintah pusat karena dianggap uang pemberontak. Apapun yang terjadi, walaupun mutu dan kualitasnya sangat tidak baik, uang-uang ini merupakan saksi bisu salah satu peristiwa pergolakan terbesar yang pernah ada di tanah air kita.
Mari kita lestarikan sekarang juga, karena kalau bukan kita, siapa lagi..........?? 
Apakah harus menunggu uang ini punah?




Jakarta 25 Januari 2013
Kritik dan saran hubungi arifindr@gmail.com

Sumber :
1. KUKI
2. Website permesta8m.net
3. Koleksi teman-teman yang khusus mengumpulkan uang daerah





Artikel Terkait

Previous
Next Post »