59. 1000 RUPIAH SUDIRMAN

banggarsa 18.50
Tentu banyak diantara kita yang sudah mengenal pecahan 1000 Rupiah seri Sudirman ini. Di bagian depan  terdapat gambar Jendral Sudirman berwarna orange dan di bagian belakang bergambar pabrik petrokimia yang di katalog Pick disebutkan sebagai PT PUSRI. Uang yang dominan berwarna kuning kecoklatan ini mulai diedarkan tanggal 13 Januari 1969 dan ditarik pada 1 September 1977. 

1000 Rupiah 1968


Pecahan ini menurut Katalog Uang Kertas Indonesia edisi 2010 hanya terdiri dari satu variasi saja yaitu 3 huruf 6 angka. Sedangkan pada Katalog Pick ada tambahan lagi yaitu variasi SPECIMEN.

Variasi beredar 3 huruf 6 angka bila diperhatikan dengan lebih teliti lagi ternyata juga memiliki perbedaan.  Perbedaannya sangat sedikit sehingga kerap lolos dari pandangan mata kita. Dimana letaknya?
Yaitu pada nomor serinya. 
Untuk jelasnya mari kita lihat gambar berikut :


Perhatikan gambar di atas baik-baik. 
Uang 1 bernomor seri ZCV064590 
Uang 2 bernomor seri CFA053128
Apakah teman-teman sudah melihat perbedaannya?

Ukuran nomor seri uang 1 lebih rapat bila dibandingkan nomor seri uang 2. 
Bila diukur panjang nomor seri uang 1 adalah 31 mm dan uang 2 adalah 34 mm. 
Terdapat perbedaan sekitar 3 mm. 
Perbedaannya sangat kecil..... Mungkin terlalu kecil untuk diperhatikan.
Tetapi walaupun kecil, hanya 3 mm, tetap saja ada perbedaan bukan?

Pertanyaan berikutnya "Mengapa berbeda?"
Tentu sulit untuk dijawab dengan pasti karena hanya Perum Peruri yang bisa menjawabnya, apalagi sewaktu uang ini dicetak statusnya masih sebagai PN Pertjetakan Kebajoran.. Tetapi tanpa melalui Perum Peruri, kita juga bisa membuat perkiraan berdasarkan pengamatan dari uang-uang yang kita miliki. Sudah saatnya kita sebagai kolektor jangan hanya bisa membeli, membeli dan membeli. Sekali-sekali amati dengan teliti uang-uang yang telah kita beli dengan susah payah yang saat ini mungkin tersimpan dan tertutup debu karena sudah bertahun-tahun tidak pernah dilihat lagi.

Berdasarkan pengamatan yang pernah dibuat oleh sesepuh kita pak Adi Pratomo dengan Jurnah Rupiahnya, ditambah lagi sumbangan gambar dan informasi dari banyak teman-teman kolektor, maka dapat dibuat kesimpulan mengapa terdapat perbedaan tersebut.

Sebagian dari sekian banyak uang yang berhasil dikumpulkan dan dicatat


Ciri penomoran uang ini adalah :
1. Memiliki 3 huruf dan 6 angka
2. Huruf acuan adalah huruf kedua
3. Huruf I tidak dipergunakan
4. Huruf X merupakan seri pengganti
5. Angka pertama selalu 0

Uang-uang yang terkumpul dikelompokkan menurut huruf kedua yang merupakan huruf acuan.. Sampai saat ini telah didapatkan 10 urutan yaitu :
xAx, xBx, xCx, xDx, xEx, xFx, xGx, xHx, xJx dan xKx.
Variasi 1 yang lebih rapat (31 mm) didapatkan pada 4 huruf pertama, yaitu A, B, C dan D. Sedangkan variasi 2 yang lebih renggang (34 mm) ditemukan pada huruf-huruf sisanya. Perhatikan tabel berikut :


Dari tabel dapat disimpulkan bahwa variasi 1 yang mempunyai huruf acuan lebih awal sangat mungkin  dicetak terlebih dahulu, baru disusul variasi 2. 
Maka pertanyaan kitapun dapat dijawab dengan sendirinya, "Mengapa terdapat perbedaan panjang pendeknya nomor seri?" Jawabannya adalah "Karena adanya cetak ulang". 
Variasi 2 merupakan cetakan ulang yang dikeluarkan belakangan. 

Dari data lanjutan yang dikumpulkan dapat dilihat bahwa peralihan variasi 1 dengan 2 terjadi di huruf acuan xDx. Perhatikan gambar di bawah, DDR masih memakai variasi 1 tetapi SDZ sudah menggunakan variasi 2. Seorang teman mengirimkan data bahwa ODx masih memakai variasi 1, berarti perubahan terjadi diantara PDx, QDx dan RDx. Siapa lagi yang bisa membantu?

     Peralihan terjadi di xDx
 

Dengan demikian tabel yang kita buat di atas dapat disempurnakan lagi menjadi :

Variasi 1 terdiri dari 3-4 huruf (A, B, C dan sebagian D) 
Variasi 2 terdiri dari 6-7 huruf. (Sebagian D, E, F, G, H, J dan K)
Dapat disimpulkan variasi 2 berjumlah 2 kali lebih banyak.


Mari kita pooling :
Variasi manakah yang anda miliki ?
a. Variasi 1
b. Variasi 2
Kirim melalui email atau shoutbox, sebutkan juga huruf acuannya.


Terima kasih banyak untuk pak Adi Pratomo yang telah menginspirasi tulisan ini.
Semoga bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta 29 Juli 2012
Kritik dan saran hubungi email arifindr@gmail.com





   








Artikel Terkait

Previous
Next Post »